Alat musik tradisional satu ini adalahsalah satu perangkat musik tradisional yang familiar di Indonesia terutama di Jawa Barat. Namanya ialah Angklung.
Apakah Angklung itu?
Angklung ialah alat musik yang tercipta dari bambu dan di mainkan dengan teknik digetarkan. Suara dari Angklung ini di hasilkan dari benturan tabung bamboo tersebut. Angklung paling terkenal di Indonesia, terutama Jawa Barat yang di kenal sebagai wilayah asal dari perangkat musik ini. Tidak melulu di Jawa Barat, perangkat musik satu ini juga dapat kita temukan di sejumlah tempat di Indonesia sepeti di jawa tengah, jawa timur, bali dan beda - lain.
Konon kata Angklung berasal dari bahasa Sunda yakni “angkleung-angkleungan” yang mencerminkan gerak tubuh semua pemain anklung yang berayun seiring dengan iramanya. Ada pun yang menuliskan kata Angklung berasal dari bunyi “klung” yang terbit dari Angklung tersebut.
Berdasarkan keterangan dari sejarahnya, Angklung sudah ada sebelum jaman hindu terdapat di Indonesia. Pada jaman kerajaan Sunda, Angklung menjadi perangkat musik yang tidak jarang kali di pakai di sekian banyak acara atau perayaan, terutama acara adat dalam bercocok tanam. Pada masa itu, Angklung di mainkan sebagai pemujaan untuk “Dewi Sri” yakni dewi padi atau dewi kesuburan supaya di berikan berkah pada tumbuhan yang di tanamnya dan pun kesejahteraan dalam kehidupan. Tidak melulu itu, pada masa kerajaan Sunda Angklung pun di jadikan sebagai pemicu motivasi berperang.
Dalam memainkan perangkat musik ini pada dasarnya paling mudah, yaitu di antara tangan memegang kerangka Angklung dan satunya menggoyangkan unsur bawah Angklung tersebut sampai menghasilkan suara. Selain tersebut ada 3 kiat dasar dalam memainkan Angklung yakni kerulung,cetok dan tengkep. Pada kiat kerulung di mainkan dengan teknik di getarkan. Lalu pada kiat cetok di mainkan dengan teknik di sentak, pada tabung bambu di tarik dengan cepat sampai-sampai meng hasilkan suara sekali saja atau staccato. Yang terakhir pada kiat tengkep, kiat ini nyaris sama dengan kiat kerulung, melulu saja di antara tabung di tahan sampai-sampai tidak ikut bergetar.
Alat musik Angklung ini tadinya hanya memakai tangga nada tradisional yang tidak jarang di sebut pelog atau selendro. Namun pada tahun 1938 pengrajin Angklung dari bandung mempunyai nama Daeng Soetigna membuat Angklung dengan tangga nada diatonic. Dengan inovasi berikut yang lantas membuat Angklung dengan leluasa dapat di mainkan secara harmonis bareng alat musik beda bahkan perangkat musik canggih seperti orkestra.
Dalam perkembangannya, kesenian Angklung tidak melulu di jadikan sebagai perangkat musik pada perayaan bercocok tanam saja, namun pun sebagai kesenian musik laksana orchestra. Alat musik Angklung ini pun telah menjadi di antara perangkat musik tradisional kehormatan hati masyarakat di Jawa Barat. Tidak melulu itu, Kesenian Angklung ini pun telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai di antara warisan kebudayaan dunia.
Nah lumayan sekian pengenalan mengenai “Angklung Alat Musik Tradisional Tradisional Dari Jawa Barat”. semoga dapat berfungsi dan meningkatkan pengetahuan kamu tentang kesenian tradisional di Indonesia.
Apakah Angklung itu?
Angklung ialah alat musik yang tercipta dari bambu dan di mainkan dengan teknik digetarkan. Suara dari Angklung ini di hasilkan dari benturan tabung bamboo tersebut. Angklung paling terkenal di Indonesia, terutama Jawa Barat yang di kenal sebagai wilayah asal dari perangkat musik ini. Tidak melulu di Jawa Barat, perangkat musik satu ini juga dapat kita temukan di sejumlah tempat di Indonesia sepeti di jawa tengah, jawa timur, bali dan beda - lain.
Konon kata Angklung berasal dari bahasa Sunda yakni “angkleung-angkleungan” yang mencerminkan gerak tubuh semua pemain anklung yang berayun seiring dengan iramanya. Ada pun yang menuliskan kata Angklung berasal dari bunyi “klung” yang terbit dari Angklung tersebut.
Berdasarkan keterangan dari sejarahnya, Angklung sudah ada sebelum jaman hindu terdapat di Indonesia. Pada jaman kerajaan Sunda, Angklung menjadi perangkat musik yang tidak jarang kali di pakai di sekian banyak acara atau perayaan, terutama acara adat dalam bercocok tanam. Pada masa itu, Angklung di mainkan sebagai pemujaan untuk “Dewi Sri” yakni dewi padi atau dewi kesuburan supaya di berikan berkah pada tumbuhan yang di tanamnya dan pun kesejahteraan dalam kehidupan. Tidak melulu itu, pada masa kerajaan Sunda Angklung pun di jadikan sebagai pemicu motivasi berperang.
Dalam memainkan perangkat musik ini pada dasarnya paling mudah, yaitu di antara tangan memegang kerangka Angklung dan satunya menggoyangkan unsur bawah Angklung tersebut sampai menghasilkan suara. Selain tersebut ada 3 kiat dasar dalam memainkan Angklung yakni kerulung,cetok dan tengkep. Pada kiat kerulung di mainkan dengan teknik di getarkan. Lalu pada kiat cetok di mainkan dengan teknik di sentak, pada tabung bambu di tarik dengan cepat sampai-sampai meng hasilkan suara sekali saja atau staccato. Yang terakhir pada kiat tengkep, kiat ini nyaris sama dengan kiat kerulung, melulu saja di antara tabung di tahan sampai-sampai tidak ikut bergetar.
Alat musik Angklung ini tadinya hanya memakai tangga nada tradisional yang tidak jarang di sebut pelog atau selendro. Namun pada tahun 1938 pengrajin Angklung dari bandung mempunyai nama Daeng Soetigna membuat Angklung dengan tangga nada diatonic. Dengan inovasi berikut yang lantas membuat Angklung dengan leluasa dapat di mainkan secara harmonis bareng alat musik beda bahkan perangkat musik canggih seperti orkestra.
Dalam perkembangannya, kesenian Angklung tidak melulu di jadikan sebagai perangkat musik pada perayaan bercocok tanam saja, namun pun sebagai kesenian musik laksana orchestra. Alat musik Angklung ini pun telah menjadi di antara perangkat musik tradisional kehormatan hati masyarakat di Jawa Barat. Tidak melulu itu, Kesenian Angklung ini pun telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai di antara warisan kebudayaan dunia.
Nah lumayan sekian pengenalan mengenai “Angklung Alat Musik Tradisional Tradisional Dari Jawa Barat”. semoga dapat berfungsi dan meningkatkan pengetahuan kamu tentang kesenian tradisional di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar